Rabu, 07 Mei 2008

Film and Home Video

FILM AND HOME VIDEO

FILM
Film adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie (semula pelesetan untuk 'berpindah gambar'). Film, secara kolektif, sering disebut 'sinema'. Gambar-hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan, dan juga bisnis.
Film dihasilkan dengan
rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera, dan/atau oleh animasi.
Sebutan film awal mulanya berasal dari fakta bahwa photgraphic film (film stock) secara historis telah menjadi medium primer untuk merekam dan menampilkan gambar bergerak. Setelah itu, film juga berkembang menjadi dapat ditayangkan di layar lebar, bioskop ataupun yang dikenal dengan sebutan the movies.


Sejarah Perfilman


Tahun 1860
Mekanisme produksi dibuat, dengan kualitas gambar 2D yang ditampilkan dengan menggunakan alat yang disebut dengan zoetrope dan praxinoscope. Alat yang digunakan ini menggunakan optik yang sederhana dan dapat menampilkan gambar secara bertahap dengan kecepatan yang memungkinkan gambar tersebut untuk bergerak. Dikenal dengan sebutan persistance of vision. Hal ini yang menjadi basis dari pembuatan film animasi.


Gambar yang ditampilkan dalam kecepatan sekitar 5-10 gambar per detik, tergantung pada operasional dari mesin yang digunakan. Beberapa mesin ada yang harus dioperasikan dengan menggunakan koin.

Tahun 1894
Inovasi gambar bergerak komersial ini adalah murni karya seni pada akhir abad ke-19.Inovasi film tanpa suara ini berhasil , menarik imajinasi penonton.


Abad ke-20
Film mulai menggunakan struktur narasi dengan menyatukan setiap adegan menjadi satu dan mengungkapkan narasi. Lama kelamaan, adegan-adegan tersebut dipisah menjadi “multiple shots” dari berbagai ukuran dan sudut. Untuk membuat bioskop tidak sepi, maka pemilik bioskop akan menyewa seorang pianis atau bahkan orkestra lengkap untuk mengisi suara latar sesuai dengan adegan film tersebut.

Ignoring Dickson's early sound experiments (1894), commercial motion pictures were purely visual art through the late 19th century, but these innovative silent films had gained a hold on the public imagination. Around the turn of the twentieth century, films began developing a narrative structure by stringing scenes together to tell narratives. The scenes were later broken up into multiple shots of varying sizes and angles. Other techniques such as camera movement were realized as effective ways to portray a story on film. Rather than leave the audience in silence, theater owners would hire a pianist or organist or a full orchestra to play music fitting the mood of the film at any given moment. By the early 1920s, most films came with a prepared list of sheet music for this purpose, with complete film scores being composed for major productions.

Tahun 1920
Kebanyakan film diluncurkan dengan persiapan musik. Bagaimanapun juga, pada tahun 1920, Pembuat film Eropa seperti Sergei Eisenstein, F. W. Murnau, and Fritz Lang bekerja sama dengan D. W. Griffith dan kontribusi dari Charles Chaplin, Buster Keaton dsb, melanjutkan untuk mengembangkan media yang ada. Pada tahun ini, teknologi yang baru membuat pembuat film dapat memasukkan soundtrack suara dialog maupun musik dan sound effects disinkronisasi dengan laga di layar. Film dengan suara ini dikenal dengan sebutan ”talking pictures” atau talkies.

Kebangkitan perfilman di Eropa terganggu dengan munculnya perang dunia I, sementara industri perfilman di USA semakin bersinar dengan kebangkitan Hollywood.
Langkah selanjutnya dan perkembangan industri perfilman adalah perkenalan dari warna “natural”. Sementara, penambahan sound secara cepat menyempitkan ruang gerak silent film dan musisi. Warna diadopsi lebih lagi sebagai metode untuk mengembangkan pembuatan film lebih praktis untuk memproduksi warna “natural” dari film.
Pendapat publik secara relatif menyatakan bahwa film berbeda dengan dengan warna fotografi, berlawanan dengan warna hitam putih, tetapi seiring dengan peningkatan proses pewarnaan dan menjadi sebagus film hitam putih, semakin banyak film yang ditayangkan dengan warna setelah akhir perang dunia kedua, dikarenakan juga karena industri di America mulai melihat warna sebagai sesuatu yang penting untuk menarik penonton dalam kompetisinya dengan televisi, yang mana masih tetap menggunakan media hitam putih sampai pada pertengahan 1960-an.
Sejak penurunan dalam sistem studio pada tahun 1960-an, kesuksesan dekade memperlihatkan perubahan dalam produksi dan gaya dari film. New Hollywood, French New Wave dan bertambahnya sekolah perfilman mengedukasi pembuat film indie mengubah media yang digunakan pada pertengahan abad 20. Teknologi digital telah menjadi driving force dalam perubahan yang terjadi dari tahun 1990-an sampai abad ke 21.

Pengkategorian Film Genres
Tiga hal utama yang biasa digunakan untuk mengkategorikan film genres, adalah setting, mood dan format.

Setting : lokasi pembuatan film
Mood : Perubahan emosi yang dibawa melalui film
Format : film juga biasanya menggunakan peralatan tertentu atau yang biasa
Dipresentasikan di perbuatan tertentu.

Berikut, di bawah ini adalah beberapa contoh dari genre-genre film yang telah dikenal oleh masyarakat, dan juga dapat dikombinasikan ke bentuk hybrid genres.

Setting
Crime : tempat yang menunjukkan aktivitas kriminal atau di dalam organisasi yang
digunakan untuk mencegah aktivitas (atau keduanya)
Eastern : mirip dengan film barat namun diset di Asia, meliputi ksatria Asia seperti
Ninja, Samurai, etc.
Fantasy : Spekulasi fiksi di luar realita (cth : mitos, legenda)
Film noir : portrays karakter di dalam kenihilan dan ekstensialis realm
History : mengambil tempat di masa lingkungan historis
Music : mengenai musisi, musik dan alat musik
Prison : megambil tempat di dalam lingkungan penjara, di mana karakter dapat
dalam keadaan bersalah maupun tidak.
Science Fiction : didefinisikan oleh efek spekulasi teknologi yang belum ada (cth : perjalanan
ke luar angkasa)
Sports : acara dan lokasi sesuai dengan olahraga
Spy : sejarah berdasarkan aksi mata-mata (cth : James Bond)
War : arena pertarungan dan lokasi dikisahkan saat perang
Western : Peradaban yang masih liar, biasanya di Amerika Barat


Mood
Action : Secara umum meliputi moral antara karakter baik dan buruk yang diperagakan
melalui perkelahian atau pertarungan fisik.
Adventure : meliputi bahasa, resiko, kesempatan, biasanya dengan fantasi yang tinggi
Comedy : cenderung untuk memprovokasi tawa
Drama : Biasaynya tergantung dari pendalaman karakter pemain, interaksi dan emosional
karakter
Horror : cenderung untuk memprovokasi rasa takut penonton
Mystery : baru dapat dimengerti dengan dengan mengikuti alur cerita dari awal hingga
akhir.
Romance : Memasukkan elemen-elemen/unsur cinta
Thriller : cenderung untuk memprovokasi antusiasme dan rasa nervous kepada penonton

Format
Live action : Format film pada umumnya
Animation : Tampilan cepat dari rangkaian gambar 2 dimensi dengan tujuan untuk
membuat ilusi dari pergerakan.
Biography : sebuah format yang menceritakan cerita nyata dari tokoh bersejarah atau
tokoh inspirasoalknown. Genre ini adalah genre yang paling kontroversial
karena pada umumnya biografi menunjukkan cerita-cerita yang fiksi.
Documentary : Genre yang mem-portrays realita yang ada.
Musical : lagu-lagu yang dinyanyikan oleh karakter-karakter dalam film-nya dan disalin
dalam narasi.

Target audience
Children's film : Gilm bagi anak muda, berlawanan dengan film keluarga, tidak ada usaha
khusus yang dilakukan dalam membuat film ini menarik bagi audience lainnya.
Family film : ditujukan untuk menarik semua kalangan audience dan cocok untuk ditonton
oleh mereka yang masih muda. Contoh : Disney Film.
Adult film : ditujukan untuk ditonton hanya oleh orang dewasa. Isi dari film mencakup
kekerasan, tema yang keras, cabul atau hal-hal yang berhubungan dengan
seksualitas. Adult film biasanya disebut juga dengan film pornografi.

Home Video

Home Video adalah istilah general untuk media terekam yang dijual dan/atau disewakan untuk kebutuhan entertainment rumahan. Istilah ini berasal dari era VHS/Betamax namun dipertahankan hingga kini era DVD/Blu-Ray.


Bisnis Home Video mendistribusikan film, telemovies, TV series dalam bentuk video, apapun formatnya, kepada publik. Video-video ini dapat dibeli maupun disewa, dan ditonton consumer di rumah. Sebagian besar film bioskop dewasa ini dirilis dalam format DVD-video, menggantikan media VHS yang dulu sangat populer. Sementara itu, format VCD masih populer di Asia, meskipun semakin lama semakin dikalahkan DVD. Biasanya ada tenggat waktu antara akhir periode tayang di bioskop dan tanggal rilis home video yang ditujukan untuk mengurangi efek pembajakan pada penerimaan dari penjualan tiket bioskop.

Banyak program TV juga kini tersedia dalam format DVD (seluruh season) setelah sebelumnya tersedia dalam format VHS namun khusus untuk episode pilihan.

Sejarah Home Video

1970s
1975 – Sony Betamax diluncurkan di Amerika Serikat.
1976 – Perusahan JVC meluncurkan format VHS
October 1977 – RCA memulai penjualan VCR di Amerika Serikat berdasarkan format “video home system” (VHS) yang didevelop JVC.
November 1977 – Magnetic Video (beroperasi dengan nama Video Club of America) menjadi perusahaan pertama yang memprovide film layar lebar dalam format Home Video. Video-video pertama ini dimaksudkan untuk keperluan rumah dan tidak untuk disewakan, dan tersedia baik dalam format Betamax dan VHS. Magnetic Video mencapai ROI dalam hanya 2 bulan.
December 1977 – George Atkinson meluncurkan rental video pertama di Los Angeles.
November 1979 – Columbia Pictures ikut merambah pasar Home Video dengan merilis 20 filmnya dalam bentuk home video.
December 1979 – Fotomat memulai rental Video bertaraf nasional di 3,700 outletnya di seluruh Amerika Serikat. Tersedia 131 judul film yang dapat diorder via telepon dan diambil keesokan harinya.

1980s
December 1980 – Walt Disney Productions mengumumkan rencana memasuki pasar Home Video. Selain itu mereka juga mengajukan rencana kerjasama dengan retailer untuk membuat retailer tersebut “authorized rental” mereka.
1980 – Pioneer memperkenalkan formal laserdisc kepada pasar home video.
January 1981 – Columbia Pictures mencetuskan ide untuk membedakan video untuk disewakan dari video yang diperjualbelikan.
November 1981 The Video Software Dealers Association (VSDA) dibentuk sebagai asosiasi video retaillers. Tujuan utama organisasi ini adalah menjaga agar toko home video yang seharusnya untuk diperjual-belikan tidak disewakan oleh toko home video.
1982 – Star Trek II: The Wrath of Khan menjadi film layar lebar major pertama yang dijual langsung ke masyarakat.
March 1982 –United States Senate memberikan pemegang nama hak cipta hak eksklusif untuk mengautorisasi penyewaan video. Hal ini secara tidak langsung memberi hak kepada studio-studio motion picture untuk menghalangi toko video menyewakan film mereka.
January 1984 - United States Supreme Court melegitimasi keberadaan VCR dan penggunaannya yang menyebar sangat cepat setelahnya.
February 1984 – Legislasi untuk memberikan hak eksklusif menyewakan rekaman video kepada para pemegang hak cipta terhapuskan setelah protes keras para penyewa video retail dan para konsumen. Sejak saat itu, hak konsumen tidak dipertanyakan lagi dan bukan merupakan otoritas dari pemegang hak cipta.
1984 – Sony Betamax mencapai puncaknya, dengan 2.3 juta unit diproduksi di seluruh dunia.
June 1985 – The Cotton Club adalah video pertama yang dirilis dengan teknology anti-duplikasi Macrovision.
1985 – Sekitar sebelas juta VCRs terjual di U.S., dan merupakan penetrasi ke dalam hampir 30% dari seluruh rumah tangga U.S.
1985 – Di tahun pertama statistik mulai dapat dipakai, penyewaan video menghabiskan $2.55 miliar dan jumlah penyewaan video adalah sebesar $1.1 miliar. Harga sewa rata-rata adalah $2.38.
December 1988 – Blockbuster menjadi retailer papan atas di U.S., dengan pemasukan sebesar $200 juta pada tahun 1988. Blockbuster memiliki lebih dari 500 gerai pada akhir tahun dan ia menggantikan posisi Erol di paling atas.

1990s
1993 – Sony merilis versi terakhir Betamax VCR (the SL-HF2000) untuk ditawarkan di U.S.
August 1994 – Movie Gallery menyelesaikan penawaran awal kepada publik yang memberikannya modal untuk berkembang dan membuka toko-toko baru, terutama di kota-kota kecil di daerah Southeast.
March 3, 1995 – The Lion King dirilis dalam bentuk home video. Penjualannya mencapai 32 juta kopi dalam bentuk VHS dan DVD dalam kurun waktu bersangkutan, menjadikannya sebagai video dengan penjualan terbaik sepanjang masa.
March 1997 DVD diperkenalkan di Amerika Serikat, dan DVD player menjadi salah satu produk yang paling cepat diterima konsumen sepanjang sejarah produk elektronik.
April 1998 – Netflix meluncurkan online DVD rental pertama, menawarkan lebih dari 900 judul film.
November 1998 – Amazon.com merambah bisnis rental video, dengan lebih dari 60,000 video dan lebih dari 2,000 DVD

2000s
2000 – Omset penjualan video mencapai total $8.3 miliar, melebihi penjualan tiket bioskop ($7.7 miliar) untuk pertama kalinya.
November 2002 – MovieLink meluncurkan layanan video-on-demand via internet yang pertama.
Late 2002 – Sony menghentikan produksi Betamax, yang sejak 1998 hanya tersedia di Jepang. Selama 27 tahun sejak launching tahun 1975, terdapat total 18 juta unit diproduksi.
March 16, 2003 – Rental DVD memperoleh profit mingguan lebih besar dibandingkan rental VHS untuk pertama kalinya.
June 15, 2003 – Untuk pertama kalinya, lebih banyak DVD disewakan dalam seminggu dibanding VHS.
2003 – pendapatan tahunan rental DVD melebihi pendapatan rental VHS untuk pertama kalinya.
2006 HD-DVD diluncurkan pada 18 April, dan Blu-Ray diluncurkan pada 20 Juni.


SOURCES:

J. Lardener, Fast Forward: Hollywood, The Japanese, and the VCR Wars (1987); F. Wasser, Veni, Vidi, Video: The Hollywood Empire and the VCR (2001); Paul Kagan Associates, Inc.; Video Store Magazine (now Home Media Retailing); Amazon.com; Blockbuster, Inc.; Hollywood Entertainment, Inc.; Movie Gallery; Netflix, Inc.; BetaInfoGuide.com; CEDMagic.com

www.idealink.org/Resource.phx/vsda/pressroom/history-of-industry.htx

http://en.wikipedia.org/wiki/Home_video. dated 070508

Rabu, 23 April 2008

Under Construction...

this site is under construction due to upcoming task....